Powered By Blogger

Jumat, 16 November 2012

Green School

Kalian tau Green School? Green School bukan dinding sekolah yang berwarna hijau tetapi green school adalah sebuah kegiatan yang berguna untuk melakukan penghijauan, contohnya adalah melakukan penanaman pohon, pengelolaan sampah, air bersih, menggunakan barang-barang daur ulang dan lain-lain

Kamis, 06 September 2012

Bro,Pilihan terberat

NamaKu josh,umur 15 tahun ,tampang biasa...gue tergolong orang yang berkecukupan,inti dari masalah yang mau gue ceritain adalah gue ga' punya motor yg bikin gue sering di jemput sama temen gue, begini ceritanya...Di suatu sore yg indah di selimuti langit hitam alias mendung, saat itu pukul 17.30 gue baru pulang dari ekskul di SMP yaitu PMR, gue ketemu sama teman lama gue,Namanya Nick...
"Hai Nick,belum di jemput?" Kata gue
"Belum" ujarnya
"Rumah lo masih di chinatown?"
"Ya,lo sekarang dimana?"
"Di Mono Street,no.21"
"Eh,sejalur dong! . mending lo ikut gue"
"Bertiga? Emang bisa gitu? Yaudah deh karna lo maksa, gue ikutin" kata gue dengan songongnya
Disinilah pertemanan kami dimulai,Nick adalah temen yg baik,kalo 1-10 gue beri dia nilai 9.
Gue sering numpang sama Nick buat kemana-mana, buat ekskul, jalan, kerja. Dia ga pernah keberatan nemenin gue,semoga aja dia ikhlas...
Awalnya di sekolah,Nick adalah seorang pemalu,kurang PeDe,tetapi dia mempunyai bakat seperti sulap,dance dan lainnya, dengan caraku secara tidak langsung aku memberinya pelajaran untuk menjadi lebih PeDe, dan tentu saja berhasil. Dia mulai berani mempertunjukkan sulapnya, mempunyai cewe yg kupikir sempurna untuknya...kami bersahabat cukup lama,bahkan gue sering menganggapnya sebagai saudara karna gue banyak belajar dari dia.

Sabtu, 21 Juli 2012

Mimpi part 2

ini? Bukankah aku baru tidur sehabis shubuh karena kupaksa menyelesaikan novel yang akan kuikutsertakan dalam lomba sebelas hari lagi? Apa benar sebelas hari lagi? aku seperti bertanya pada diri sendiri. Ini hari apa? tanyaku lagi dalam hati. Jangan- jangan aku sudah tertidur hampir dua puluh empat jam. Parah. Kenapa tak ada yang membangunkanku? Bukankah aku jadi kehilangan satu hari untuk mengedit novelku. Saat itu juga aku beringsut ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Lalu sampai matahari cukup tinggi, kuhabiskan waktuku di depan komputer.
Selesai mengedit tujuh chapter, aku menggeliat. Melelahkan juga ternyata menjadi editor novel sendiri. Apalagi jika harus mengedit buku tebal yang dibuat orang lain. Pastinya repot luar biasa. Makanya aku selalu salut dengan para editor yang buku- buku hasil editannya benar-benar bersih tanpa cela. Ya, kalau empat lima kata salah ketik sih anggap saja tak ada.

Mimpi part 1

MIMPI
Cerpen Ardy Kresna Crenata
JAM SEPULUH, AKU BARU BANGUN. Aku memang baru tidur sehabis shubuh. Semalam waktu tidurku kukorbankan untuk menyelesaikan novelku yang hanya tinggal penutup. Setelah hampir tujuh bulan, akhirnya selesai juga. Dengan begini bisa kuikutsertakan dalam lomba menulis novel yang diadakan DKJ. Deadline-nya tinggal sebelas hari lagi. Cukuplah kurasa untuk mengeditnya seharian ini lalu mengirimnya besok atau lusa via email.
Ugh, otot-otot pinggangku pegal karena duduk lebih dari enam jam. Sambil menggeliat kubuka gorden dan langsung saja cahaya matahari membuatku silau. Dengan malas aku melangkah ke kamar mandi. Istriku rupanya sudah berangkat ke sekolah. Sedangkan anak-anakku Resa dan Alina pastinya sedang terkantuk- kantuk di kelas karena tidurnya semalam banyak terganggu oleh teriakanku. Menyelesaikan novel tak pernah mudah. Sesekali aku lupa tokoh-tokoh yang kuciptakan, sesekali aku lupa adegan ini di hari apa sehingga aku terpaksa membaca-baca lagi chapter-chapter awal. Sungguh merepotkan. Kalau sudah kelewat pusing, aku suka berteriak-teriak tak karuan. Bukan teriak karena marah. Tapi hanya sekedar melepaskan kesal.
Maka di rumah ini kini aku hanya berdua dengan si Maya kucing kesayanganku. Istriku nampaknya lupa memberinya makan. Ketika aku duduk di sofa dan menyalakan televisi untuk melihat kasus-kasus korupsi

Disaat Iklan Menepuk Kepala menjadi Perdebatan